Kamis, 11 Juli 2013

dandelion

bukankah dandelion ini indah kala bersatu?
namun mereka bukanlah sang penentu
angin akan membuyarkan mereka satu-satu


Dalam rapuh, ia tetap percaya bahwa kelak sebuah kehidupan yang berseri akan menghampirinya. Ada kalanya jalanan itu berkelok dan berlubang. Ada kalanya jalanan itu menanjak dan berbatu. Ada kalanya badai menghadirkan kegelapan dan hujan mengkoyak koyakan harapan. Ia tetap kuat dan tegar.


Dalam lelah, ia tetap percaya bahwa kelak janji yang sempat ia tuliskan pada batang batang pohon yang ternyata telah tumbang pun akhirnya akan menjelma dalam kenyataan. Sungguh seutuhnya  ia percaya pada firman Tuhan yang selalu ia aminkan. Ia terus saja bertahan dalam doa.

Dalam sepi, ia tetap saja menari nari mengikuti arah mata angin. Ia pasrah pada sebuah janji mengatasnamakan sebuah kepasrahannya pada alam. Karena itu ia tetap bahagia sekalipun kesunyian mengurungnya dalam keterasingan. Ia tetap tersenyum pada dunia yang telah beratus ratus kali meludahinya.

Karena ia percaya, bahwa kelak angin akan menuntunnya menemukan dunia baru yang lebih indah, penuh dengan bunga bunga dan aliran aliran sungai susu dan buah buah serta bidadari bidadari keabadian. Pada surga lah ia menuju dan berpasrah pada pangkuan pemilik hatinya.

Ia memang rapuh tapi ia mampu melawan arus. Siapa yang tak kuasa untuk memetik dan memilikinya?? Barangkali disini, “aku akan menjelma menjadi bidadari di surga NYA jika aku tak bisa menjadi Dandelion itu”

This poem i'm dedicated for " HIM "..
My Sunshine..
My inspiration..

We can share F0REVER,,
And Maybe someday the Sky will be coloured with our L0VE..
Amin..



by : Yeni MSyofyan


Tidak ada komentar:

Posting Komentar