Kamis, 12 Januari 2012

Merelakan



Merelakan tidak berarti melupakan,
tidak memikirkan,atau tidak mengacuhkan.
Ia bukan tentang harga diri dan bukan juga tentang kesan yang ditimbulkan.
Dan dia tidak terobsesi ataupun tenggelam dalam masalalu.
Merelakan bukan berarti membendung kenangan atau memikirkan hal2 sedih.
Ia tidak berarti menyerah atau mundur pasrah.
 Merelakan tidak sama dengan kehilangan dan jelas bukan kekalahan.
Merelakan berarti bisa menyimpan kenangan dan melanjutkan kehidupan.
Merelakan berarti merasa bersyukur atas segala pengalaman
yang membuatmu tertawa,menangis dan berkembang.
Merelakan berarti mempunyai keberanian untuk menerima perubahan dan kekuatan untuk terus berjalan. Merelakan berarti menuju kedewasaan,
menyadari bhw kadangkala hati ini bisa menjadi obat yang paling ampuh.
Merelakan berarti membuka pintu,
membersihkan jalan, membersihkan diri dan membersihkan hati.

Senin, 09 Januari 2012

Benar


Aku tak tahu apakah benar itu adalah kebenaran yang memaksa dibenarkan,
dengan adanya pembenaran darimu yang selalu merasa benar.
Aku benar benar tak mengerti bagaimana memahami kebenaran yang datang darimu yang selalu benar,
dalam segala aspek yang kurasa itu benar.
Saat benar benar tak pahami kebenaran itulah,
aku menemukan arti sebenar benarnya dirimu,
yang kuyakini ini adalah benar, bhw kau salah!

Ketika " Bicara...

Ketika nafsu bicara,
Maka telinga mana pun takkan mampu mengingkarinya.
Terlalu merdu ia bernyanyi
Membujuk merayu memasuki lembah dosa,
Tak ada pertahanan yang mampu meredamnya
Bahkan iman pun tertinggal di belakang.
Tiap sentuhan menyalakan kobaran api,
Tiap tarikan nafas mengungguli rasio dan harga diri,
Tiap kecupan menjanjikan berjuta imajinasi,
Tiap bisikan menyimpan sedikit arti tersembunyi,
Dan aroma tubuh yang menyeruak memasuki penciuman,
Menciptakan sebentuk surga yang fana dalam khayal,
Mengalirkan airmata yang bisu dalam hati.
Karena bagaimanapun kita menyadari hal itu,
Bahwa cinta dan nafsu tak akan pernah bisa sejalan
Tak ada cinta yang bisa dibeli dengan seonggok nafsu
Tak ada hati yang luluh hanya oleh sebuah ciuman mesra
Dan tak ada penghiburan dari rasa hampa
melalui suatu pengorbanan harga diri yang tercela

Sabtu, 07 Januari 2012

Dibalik rinai hujan...

Sdh lama, aku menyulam khayalan pd tirai hujan,
menata wajahmu disana serupa puzzle..sekeping demi sekeping.
dg perekat kenangan ditiap sisinya.
Lalu saat semuanya sempurna,
kubingkai lukisan parasmu itu dlm setiap leleh rindu.

Dari musim kemusim cinta sllu memendam rahasia dn misterinya sendiri pd langit, pada hujan.
Sudah lama aku memindai sosokmu dibalik gerimis,
memastikan setiap serpih mimpiku utk mmbangun surga ditelapak kakimu menjdi nyata.
Tp, semuanya segera berlalu,
dn sirna bersama desir angin diberanda.
Percayalah, aku ada dinadimu seperti kau ada didarahku...bisikku pdmu perlahan,
ketika bayangmu perlahan memudar dibalik rinai hujan...

Langit mengarak kelabu, melewati awan yg berlalu,
hujan sampaikan pedih, yg terabaikan lirih. Aku melukis hati dg warna sepi.
Rinai hujan memainkan wktu,
berbisik sungkan pd kenangan dulu dn mengajak pesiar kesuatu tempat yg telah tersamarkan,
aku cuma miris..rindu ini tk terlukis.
Rintik menjd gerimis, cinta tinggal segaris.
rasa sdh menyepah..hati terlanjur lelah.
Sudah!..berlalulah..

Kamis, 05 Januari 2012

Beku

Ku terdiam
Di bawah tirai malam
Menyaksikan sinar rembulan
Yang kini kian pias
Lelah tuk hangatkan dunia
Perlahan kujerat udara
Mencoba isikan sejenak
Penyejuk hati
Namun kurasa hati ini terlalu dingin
Terlampau dingin
Hingga akhirnya membeku
Ku berlari
Membelah petak-petak gelap
Di pelupuk mata
Raga ini membara dan terbakar
Namun hatiku
Tetap utuh dalam beku
Ku terjatuh
Merasa kepedihan yang sama
Air mata yang sama
Rasa sakit yang sama
Ku berteriak dalam senyap
Dan hatiku....
Masih membeku

Indah kan kugapai



Ku tapaki langkah beku berliku
Menjauhi semerbak temaram
Hati menatap kosong terpaku
Menyaksikan kanvas putih
Kini berwarna cerah
Dalam temaram senja
Sang surya menggelitik mata perlahan
Mencampakkan kepenatan semu
Beri secercah cahaya merah yang lembut
Ku menatap sepetak rasa indah
Terpesona ku menyaksikannya
Logika ku terbelah lenyap
Meninggalkan ku dalam pencarian
Walau kurasa tak nyata
Tapi hati mengangguk
Meyakini...
Indah kan menanti di sana
Kan ku kejar...
Kan ku gapai...

Matahariku....

Matahari…
Dimatamu ada sebab,
Dan taklukku adalah akibat,
Seperti es krim lumer di bibirmu,
Seperti bayi pasrah di pelukmu,
Di matamu ada candu,
Tanpa sinarnya adalah sakauku.
Resah mendesah sampai lelah,
Tersungkur jatuh bersimbah keluh.
Di matamu ada semesta,
Memandangnya adalah takjubku.
Di dalam diam aku memuja.
Beriring waktu mengawal rindu.
Matahari. 
Aku menemukanmu di tengah kebekuan hatiku. 
Hati yang tersakiti oleh masa lalu yang kelam.
Bertahun-tahun airmata mengkristalkan kepahitan dalam sukma. 
Memupuk keinginan untuk tidak lagi mencinta.
Sebab mencinta hanya menyisakan memar-memar mengungu. 
Hangatnya pesona yang terpancar dari matamu, tak mampu kutolak. 
Menembus dinding-dinding beku. 
Mencairkan selapis demi selapis sekat batu yang menahun terbangun oleh tangis.
Aku tak tahu dari mana datangnya, 
tapi aku tak bisa menipu diri bahwa kau begitu mudah merobohkan pertahananku. 
Aku yang telah memvonis hatiku untuk tidak lagi terjatuh pada zat yang namanya cinta. 
Akhirnya mengalah dan terbius oleh hangatmu.
Hatiku yang dingin menjadi basah, menghangat.
Dalam pelukan perhatian yang datang bertubi-tubi tanpa mampu aku menolaknya.
Aku terjatuh lagi dalam cintamu…. 
Matahariku..

Rabu, 04 Januari 2012

Luka

Cahaya itu tak lagi bersinar terangi relung hati
Meredup dalam kelemahan lalu terpadam dalam kekosongan
Senyum itu kian pergi bersama hari – hari yang terus mati
Menghilang bagai senja yang mengatup memeluk awan
Dan percikan air mata ini seakan memecah butir – butir embun pagi …..
Membasahi celah – celah sanubari yang membelah kesedihan
Disini aku semakin terluka oleh dia yang mengatasnamakan CINTA
Disini aku harus kembali terdiam karena kepedihan yang kurasa
Disini aku terus mengenang keindahan yang sirna dan telah tiada
Hampa semakin merona mempesona,
Berjalan berkeliling menggenggam duka cita
Luka terus menyebar melumpuhkan jiwa
Lalu mengendap menelusup bersama asa yang tak tersisa
Dan tutur kata bahasa Cinta tak lagi bermakna
Terbenam dalam lentera malam yang tak bersuara..

Senin, 02 Januari 2012

To : Kenangan, Aku dan sebungkus rokok...

Hanya ada aku dan sebungkus angan,
berisi sederet tembakau kenangan.
Satu demi satu, rindu dan sesal membakar rambut mereka,
Seakan sebuah dupa.
Kepul asapnya adalah tarian hologram.
Memproyeksikan bayang wajahmu hingga ke langit-langit kamarku.

Apa akhir setiap kisah cinta seperti tembakau ini?
Bermetafora menjadi abu. Dan bangkainya terbengkalai pada pusara asbak berisi aksara tentang luka?

Begini adanya :(


Di bening mataku kemarin
kutemukan sebutir air mata yang ku tahan
mengeras jadi mutiara
jatuh ke bibirku
tinggal disana sebentar
menggetar
kemudian menyusup ke tenggorokan

mungkin saja
ia yang sekarang menjelma serak dan sesak pada
barisan kata perpisahan

Hatiku, sudahlah jangan sendu,
aku ingin pergiku kali ini terdengar merdu,
agar angin malam
atau hujan
atau bahkan udara dingin dan kebekuan
bisa mengingatkanku kapan-kapan
tentang kisahku dalam rindu-rindu
yang haru
tapi tidak biru

aku akan tetap menjadi keindahan
jingga di pagi dan senja
lagu-lagu yang menyapa kelopak mataku sebelum terik
dan mengendap-endap sesaat di lelahku sebelum mimpi.

Minggu, 01 Januari 2012

Wanita

Seorang wanita,
yang sedang ada dalam kebimbangan..
ingin tetap dalam komitmen hati, atau ingkar pada rasa..?
seorang wanita,
yang sedang dalam keraguan..
ingin bertahan dalam kekuatan dan kelemahan, atau menyerah pada keputus asaan..?
seorang wanita,
yang sedang dalam dilematis keadaan..
ingin pergi dari semua yang menekan, atau memperjuangkan rasa diantara hujatan..
seorang wanita,
yang sedang dalam bingung kepayang..
ingin ini atau itu ? tak tahu mana yang benar dia inginkan..?
seorang wanita…
Dia, adalah aku.