Senin, 21 November 2011

Tiada

Kesaksian luka itu
sudah lama kita kemas
dalam senyap hati
juga pada mendung langit
yang kian ranum menurunkan gerimis
kita menyimpan rasa itu rapat-rapat
sembari menatap nanar
senja turun perlahan di ufuk
menghayati setiap jejak merah saga yang ditinggalkannya
bagai menyaksikan semua impian kita
yang luruh perlahan oleh derap waktu
serta tetes rindu yang menghias disisinya
seumpama ornamen lusuh, meleleh dalam diam
“Kita tengah bercakap tentang cinta, pada tiada,” katamu lesu
dan desir angin membawa tinggi ucapmu
bersama pekik camar yang terbang limbung
ke selarik pelangi di batas cakrawala
Aku termangu dan memandang hitam bola matamu
dimana ada lelah dan kegetiran disana
dimana genangan kenangan kita
larut pada sajak yang kupahat
dalam pilu tak terungkapkan
 



Senja yang jatuh di pelupuk matamu, kekasih
adalah sebait lagu melankolis yang mengalun pilu
pada barisan waktu, 
dan seketika luruh 
lalu menjelma laksana pusara beku
dari helai-helai rindu 
yang terserak hambar sepanjang jalan
“Kesendirian yang menyesakkan,” gumammu gusar.
Dan setangkup asa yang telah kau simpan diam-diam dalam hati
seperti berpendar lembut, juga sia-sia,
menerangi gelap malam serta kelam matamu.
“Pada akhirnya, saat semuanya usai, 
cahaya di ujung lorong akan meredup perlahan, 
lalu lenyap bersama harap”, katamu getir
Dan sebuah cinta yang menjauh akan membuatmu
tersentak sadar 
pada luka kehilangan dan impian yang kandas
di batas cakrawala, 
dan hening tak bertepi


 
by : Daeng Battala

Tidak ada komentar:

Posting Komentar